Senin, 23 Mei 2011


Komunikasi Bukan Sekedar Kata-kata

Semua orang pasti pernah berkomunikasi. Mengobrol, menelpon, bersenda gurau, merupakan salah satu dari sekian banyak bentuk komunikasi antar manusia. Tapi tahukah kita bahwa ternyata masih banyak sekali bentuk komunikasi yang tidak disadari manusia? Jangan kira komunikasi hanya sekedar ngobrol sana sini dan ngomong basa basi. Ternyata, aktifitas-aktifitas fisik yang kita lakukan dapat memberi makna dan menyampaikan pesan-pesan tertentu. Gak percaya? Ikuti terus tulisan ini ;)
Banyak orang menganggap bahwa komunikasi nonverbal sama dengan bahasa tubuh. Anggapan tersebut tidak salah, karena komunikasi nonverbal memang terkait dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan aktifitas-aktifitas fisik, seperti mengedipkan mata, melambaikan tangan, dan gerakan kepala.  Namun perlu kita ketahui, bahasa tubuh bukanlah satu-satunya bentuk komunikasi nonverbal. Setting komunikasi seperti ruang, waktu, dan pakaian yang dikenakan juga merupakan bentuk komunikasi nonverbal.
Dalam pergaulan sehari-hari, kita pasti sering menggunakan bahasa tubuh. Tak hanya ketika berkomunikasi dengan orang lain namun juga sebagai bentuk pengekspresian diri. Saat berpidato, seorang orator sering kali menggerak-gerakkan tangan sebagai penekanan terhadap pidato yang disampaikannya. Saat bosan mendengarkan penjelasan dosen di kelas, para mahasiswa ada yang mengetuk-ngetuk meja , bahkan tidur dengan leluasa ;) . Itu berarti, aktifitas-aktifitas yang dilakukan oleh tubuh kita memiliki makna dan memberi pengaruh pada orang lain.
Saat pembuatan makalah komunikasi nonverbal kemarin, aku membuat survey kecil-kecilan tentang makna bahasa tubuh bagi mahasiswa Paramadina, khususnya jurusan Ilmu Komunikasi. Saat itu, ada temanku yang sedang berpangku tangan disudut ruangan kelas. Iseng-iseng aku tanya apa makna berpangku tangan yang sedang ia lakukan. Ia jawab bahwa ia sedang BT alias Bosen Total. Jawabannya memancing pendapat teman-temanku yang lain. Ada yang berpendapat bahwa berpangku tangan berarti sedang berfikir, fokus, melamun, menunggu, dan mengantuk. Menarik! Satu gerakan tubuh saja bisa bermakna ganda. Memang benar kata Knapp dan Hall, isyarat nonverbal jarang memiliki makna denotatif yang tunggal.
Pemaknaan sombol-simbol nonverbal bergantung pada latar belakang orang masing-masing. Masing-masing budaya, daerah, dan negara dapat memiliki pemaknaan berbeda terhadap simbol-simbol nonverbal tertentu. Masyarakat Indonesia terbiasa menganggukan kepala sebagai simbol “Iya” dan menggelengkan kepala sebagai simbol “Tidak”. Sebaliknya, masyarakat India terbiasa menggeleng sebagai simbol “Iya” dan mengangguk sebagai simbol “Tidak”. Makna manakah yang benar? Tentu keduanya benar. Tidak ada standar kebenaran yang pasti tentang bahasa tubuh manusia. Setiap orang memiliki style dan pemaknaan masing-masing terhadap bahasa tubuh yang dilakukan. Tidak ada aturan, apalagi kekangan. Karena itu sampai kapanpun kita menunggu, sampai kemanapun kita mencari, tidak akan ada satu kamuspun yang dapat menerjemahkan bahasa tubuh manusia;)
Kita sering menganggap komunikasi verbal seperti ucapan lebih bermakna daripada bahasa tubuh. Padahal ternyata bahasa tubuh jauh lebih berpengaruh daripada kata-kata yang kita ucapkan. Albert Mahrabian, seorang ahli komunikasi melakukan studi tentang kode-kode nonverbal. Hasil studi tersebut menyebutkan bahwa tingkat kepercayaan orang terhadap pembicaraan adalah 7% bahasa verbal, 38% vokal suara, dan 55% ekspresi muka. Mencengangkan bukan? Ternyata kepercayaan seseorang lebih bergantung pada bahasa tubuh, bukan kalimat verbal yang diucapkan. Pentingnya bahasa tubuh ini sering dilukiskan dengan frase, “Bukan apa yang ia katakan, melainkan bagaimana ia mengatakan” ;)
Pada hakikatnya, baik simbol verbal maupun nonverbal sama-sama penting dalam kegiatan berkomunikasi. Tidak semua pesan dapat disampaikan secara verbal, dan tidak semua pesan dapat disampaikan secara nonverbal pula. Kedua bentuk komunikasi tersebut saling melengkapi agar menghasilkan informasi yang tepat dan akurat sesuai dengan keinginan komunikator dan komunikan. Sebagai pelaku komunikasi, tugas kita adalah menyeimbangkan kedua simbol tersebut agar komunikasi yang kita lakukan dapat berjalan dengan lancar dan tidak terjadi kesalah pahaman :)