Selasa, 17 Mei 2011

UAS KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

NAMA                          : RINA SUSANTI
NIM                              : 0971510656
Mata Kuliah                : KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
DOSEN                         : MARHAENI FAJAR KURNIAWATI
SIFAT UJIAN                : TAKE HOME EXAM




1.   Bagaimana anda mengamati di tempat anda bekerja terjadinya proses komunikasi antarbudaya. Hambatan apa yang sering dialami oleh orang-orang yang terlibat di dalam proses komunikasi tersebut. Jelaskan dalam bentuk kasus yang real terjadi di tempat anda bekerja. Tampilkan pula dalam bentuk foto ( foto mohon ditempel).

Pada dasarnya setiap individu memiliki ciri dan karakter tersendiri dalam mengaktualisasikan perilakunya dalam berkomunikasi, juga pada saat melakukan hubungan sosial dengan orang lain, baik itu dalam posisi sebagai komunikator ataupun sebagai komunikan. Adapun segala bentuk ciri khas dan karakter yang dimiliki oleh setiap individu pada dasarnya dipengaruhi oleh latar belakang budaya yang dimiliki, yang merupakan kebiasaan dan adat istiadat yang diperoleh secara turun menurun, dan juga dari faktor lingkungan wilayah di mana ia berada. Latar belakang budaya itulah yang akan mempengaruhi segala macam tingkah laku individu, bentuk pengetahuan, persepsi, dan interpretasinya untuk berkomunikasi di dalam kontak dengan orang lain. Untuk itu hal yang mendasar dalam menentukan perilaku individu pada saat berkomunikasi adalah latar belakang budaya yang mereka miliki. Dengan adanya latar belakang tersebut seseorang akan mencerminkan ciri khas dan karakteristik perilaku komunikasinya serta dapat mengaktualisasikan kemampuannya dalam menyampaikan dan memahami makna pesan yang muncul.

Kita menyadari bahwa setiap komunikasi memiliki ciri khasnya masing-masing. Bahkan seringkali saling bertolak belakang. XXX  Indonesia berdiri sejak tahun 1998. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa keuangan yang dipimpin oleh Mr. AAA seorang warga negara Inggris dan para pegawainya berasal dari daerah atau etnis yang berbeda-beda di antaranya adalah Jawa, Betawi, Tionghoa, Batak  dan juga ekspatriat dari Inggris dan Australia.

Para ekspatriat ini bekerja sebagai konsultan keuangan yang menjadi ujung tombak perusahaan dan mereka cenderung menghabiskan hampir 80% dari waktu mereka untuk berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu mereka memerlukan kerja sama yang baik antara pimpinan dan karyawan serta sesama karyawan untuk mencapai tujuan dan keberhasilan mengembangkan perusahaan.

Dalam berinteraksi atau melakukan aktivitas sehari-hari, para karyawan pasti akan melakukan kontak dan berkomunikasi dengan karyawan lainnya. Dengan budaya yang berbeda itulah tidak menutup kemungkinan akan timbul kesalahpahaman yang akan mengakibatkan timbulnya suatu konflik atau hambatan yang terjadi antar sesama pegawai dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Adapun hal-hal yang menjadi faktor penghambat komunikasi antarbudaya menurut DeVito adalah:
1.      Mengabaikan perbedaan antara anda dan kelompok yang secara kultural berbeda.
2.      Mengabaikan perbedaan antara kelompok kultural yang berbeda.
3.      Mengabaikan perbedaan dalam makna (arti).
4.      Melanggar adat kebiasaan kultural.
5.      Menilai perbedaan secara negatif.

Sedangkan faktor-faktor penghambat lainnya adalah:
1.       Streotipe
Kesulitan komunikasi akan muncul dari penstreotipan, yakni ”mengeneralisasikan orang-orang berdasarkan keanggotan kelompok. Menurut Samovar dan Poter streotipe adalah persepsi atau kepercayaan yang dianut mengenai kelompok-kelompok atau individu-individ berdasarkan pendapat dan sikap yang lebih dulu terbentu.

2.       Etnosentrisme
Merupakan paham di mana para penganut  suatu kebudayaan atau suatu kelompok suku bangsa selalu merasa lebih superior daripada kelompok lain di luar mereka. Etnosentrisme sangat berpengaruh dalam komunikasi antarbudaya, misalnya meningkatkan kecenderungan untuk memilih dengan siapa anda berkomunikasi.

3.       Prejudice atau prasangka
Prasangka adalah apa yang dalam pemikiran kita terhadap individu dan kelompok lain seperti dalam hubungan ras dan etnis atau melalui media massa yang populer. Prasangka memiliki kecenderungan bersifat negatif terhadap kelompok atau hal-hal khusus. Prasangka menjadi fokus karena pandangan yang negatif yang diiringi oleh adanya pemisahan yang tegas antara perasaan kelompok sendiri dan perasaan kelompok lain.

Dari ketiga hal tersebut diatas yang secara potensial menjadi hambatan dan konflik bagi setiap orang atau kelompok lainnya apabila ia melakukan aktivitas komunikasi dalam interaksi dengan orang lain yang berbeda latar belakang budayanya, oleh karena itu perlu juga dipahami secara mendalam bagaimana streotipe, etnosentrisme, dan prasangka oleh kelompok orang atau orang lain yang berbeda etnis, suku sesuai dengan latar belakang budaya yang mereka miliki, sehingga dengan adanya pemahaman tersebut akan mempengaruhi seseorang dalam melakukan proses interaksi.

Contoh kasus:
·    Seperti Ibu MC yang asli orang Jawa menggunakan bahasa daerah pada saat dia menyuruh atau berkomentar atas suatu hal yang tentunya kadang tidak dimengerti oleh bawahannya yang bernama VN yang asli orang Batak. Tentunya VN tidak mengerti oleh bahasa Ibu MC. Kadang secara Spontan Ibu MC mengatakan dalam bahasa Jawa ”yo wes sakarepmu” dengan nada yang tidak enak yang artinya ”ya sudahlah sesuka hatimu” sehingga sering membuat VN berwajah tidak enak setelah menghadap Ibu MC.

·    Mince adalah manager keuangan dan dia berasal dari etnis Tionghoa. Sebenarnya Mince tidak punya prasangka dari dirinya sendiri. Tapi dia pernah mendengar bahwa karyawan etnis lain sering berkata yang tidak sesuai dengan hati mereka. Jadi seperti bermuka dua. Tapi Mince tidak mau menjustifikasi semua karyawan seperti itu. Mereka juga mungkin punya prasangka yang negatif terhadap etnis Tionghoa. Tapi Mince yakin, kalau dia punya prasangka yang baik, pasti karyawan etnis lain juga akan bersikap hal yang sama. Makanya dia berprinsip lebih baik kita menjauhi prasangka-prasangka yang negatif, karena itu tidak baik bagi kesehatan dan dirinya.

·    Hambatan dalam etnosentrisme juga terjadi pada saat saya sebagai pekerja lokal mengerjakan pekerjaan laporan keuangan yang penting untuk dipublikasikan. Saya merasa karyawan ekspatriat tersebut bekerja disini tapi sifatnya hanya membantu saja, tetap yang etnis lokal seperti saya yang memegang peranan lebih penting daripada mereka karena kita lebih tau tentang keadaan laporan keuangan yang akan dipublikasikan. Dan juga lebih menguasai pasar dalam negeri.

·    Ibu FM adalah etnis betawi, dia memiliki prasangka bahwa Mince karyawan etnis Tionghoa tidak disukai oleh karyawan etnis yang lain. Ditambah stereotip-stereotip yang melekat pada etnis Tionghoa salah satunya etnis Tionghoa di cap ”pelit” atau perhitungan tentang urusan uang sehingga Ibu FM sungkan untuk berkomunikasi dengan Ibu Mince. Namun di dalam hatinya, beliau ingin berinteraksi dengan Ibu Mince.

2.   Ada tiga unsur sosio budaya yaitu a. Sistem-sistem kepercayaan, nilai, Sikap  b. Pandangan dunia dan c. Organisasi sosial. Pertanyaannya  Bagaimana perusahaan tempat anda bekerja memelihara budaya dengan memberi tahu karyawan-karyawan barunya apa yang telah terjadi, apa yang penting, dan apa yang harus diketahui seseorang sebagai anggota budaya. Jelaskan dalam bentuk kasus di kantor tempat anda bekerja.

Di XXX tempat saya bekerja dalam memberitahukaan tentang unsur sosio budaya adalah sebagai berikut:
a)       Sistem-sistem kepercayaan, nilai, sikap
Pada waktu menjadi sponsor pada suatu acara "Olahraga" yang memiliki perbedaan budaya dan kebiasaan dari karyawan-karyawan lokal. Karena dalam hal ini tidak ada hal yang benar atau hal yang salah sejauh hal-hal tersebut berkaitan dengan kepercayaan, nilai dan sikap individual masing-masing karyawan. MR. AAA sebagai pemimpin perusahaan akan menjelaskan bahwa kegiatan yang dilakukan ini adalah tidak hanya untuk membuang uang saja tetapi bertujuan untuk pemasaran yang bertujuan mendapatkan relasi sebanyak-banyaknya dari hasil acara tersebut.

Kepercayaan dan nilai memberikan kontribusi bagi pengembangan dan isi sikap. Contohnya: Karyawan mendefinisikan sikap sebagai suatu kecenderungan yang diperoleh dengan cara belajar untuk merespons suatu objek secara konsisten. Sikap itu dipelajari dalam suatu konteks budaya. Seperti pada saat seorang karyawan baru diminta untuk menginput data kedalam sistem, data tersebut berisikan tentang biodata seperti nama, alamat, dan juga nomor rekening serta data rahasia lainnya. Pada saat karyawan baru tersebut terlibat dalam percakapan dengan orang lain, misalnya seorang sales, ia akan dengan sangat berhati-hati dalam berbicara, jangan sampai ada informasi mengenai pelanggan yang dapat diperoleh oleh pegawai sales tersebut karena dapat digunakan untuk kepentingan sales tersebut.

b)     Pandangan Dunia (World View)
Berkaitan dengan orientasi suatu budaya terhadap hal-hal seperti Tuhan, kemanusiaan, alam, dan masalah-masalah filosofis lainnya yang berkenaan dengan konsep MAHLUK. Pandangan dunia sangat mempengaruhi budaya dan membantu manusia untuk memposisikan diri dengan alam.

Contohnya: Mince adalah seorang etnis Tionghoa yang juga beragama Katolik, dia mempunyai suatu pandangan dunia yang berbeda dengan seorang muslim seperti Ibu MC yang berasal dari etnis Jawa. Selain itu Mince dan Ibu MC mempunyai kepercayaan yang kuat bahwa manusia itu berkuasa dan terpisah dari alam.

Pandangan dunia sangat mempengaruhi budaya. Yang sering sekali tampak nyata dan tidak diperhatikan seperti berpakaian, isyarat dan perbendaharaan kata. Seperti misalnya cara berpakaian.

Dalam hal ini penting sekali dan harus diketahui oleh karyawan baru bahwa cara berpakaian harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi dimana mereka bekerja untuk menghindari salah kostum.

c)      Organisasi Sosial
Cara bagaimana suatu budaya mengorganisasikan dirinya dan lembaga-lembaganya mempengaruhi bagaimana anggota-anggota budaya mempersepsi dunia dan bagaimana mereka berkomunikasi.

Contohnya: di perusahaan tempat saya bekerja, untuk membimbing karyawan baru adalah dengan memberitahukan kepadanya cara berbicara dengan ekspatriat adalah dengan menggunakan bahasa asing yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak dan memperhatikan gaya bicaranya untuk menghindari persepsi yang negatif.

Selain itu seperti Ibu Z sebagai seorang manajer memberi tahu anggota-anggota barunya apa yang harus dilakukan dalam mengerjakan tugasnya, bagaimana cara untuk mendahulukan pekerjaan yang lebih penting terlebih dahulu. Ibu Z juga akan mengajarkan suatu cara khusus dalam hal melakukan pekerjaan yang sesuai dengan standar perusahaan.


3.   Bagaimana anda dapat menerapkan kaidah emas simpati dan empati di perusahaan tempat anda bekerja.

Dalam menerapkan kaidah emas simpati dan empati adalah kita harus menyadari semua perbedaan dalam berkomunikasi idealnya dapat diminimalisir dengan adanya sikap mau membuka diri. Dengan menerima bahwa nilai-nilai budaya itu bersifat relatif, tidak ada yang terbaik bagi semua orang dan memiliki sifat terbuka diharapkan menjadi modal awal dalam berkomunikasi antarbudaya.

Hal tersebut dirasakan oleh karyawan di XXX, namun bukan menjadi alasan untuk kita membuka diri dan belajar hal positif dari kebudayaan lain. Karena hambatan dan gangguan seperti adanya prasangka, stereotip ataupun sikap etnosentrisme dapat sedikit demi sedikit di minimalisasir dengan adanya sikap terbuka, saling menghargai dan menghormati serta mau belajar hal baru.

Dengan banyak membaca, bergaul dan memperluas wawasan kita, sikap-sikap yang kurang baik tadi dapat kita hindari.

Tidak hanya sampai disini, hubungan yang harmonis juga akan berpengaruh dengan kinerja kita di kantor dan pada akhirnya akan berpengaruh dengan citra serta prestasi perusahaan baik secara internal maupun eksternal.

Beberapa contoh dalam menerapkan kaidah emas simpati dan empati misalnya, kita dapat melakukan pekerjaan bersama-sama secara terorganisir, dengan dapat merasakan didalam pekerjaan yang kita lakukan itu adalah satu tim. Jika salah satu anggota tim tersebut tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik maka akan berpengaruh kepada anggota tim yang lain, dan akan mempengaruhi tim secara keseluruhan. Oleh karena itu kita dapat memposisikan diri dengan kondisi seperti itu, sehingga kita dapat terpacu untuk menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawab kita dengan sebaik mungkin, karena tidak ingin keadaan itu terjadi kepada kita.

Selain itu saling hormat dan saling menghargai sesama anggota lain tentu juga diperlukan, sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Makna dari apa yang kita sampaikan agar pihak lain dapat memahami pesan yang diterima, dan tentunya dengan sikap rendah hati.

Dengan memiliki rasa empati yang tinggi, diharapkan dapat meminimalisir ancaman kegagalan dalam berkomunikasi antar budaya, yang memiliki asumsi bahwa semua orang adalah sama dalam segala hal: ingin memperoleh kesenangan, keselamatan, keberhasilan, kenyamanan dan sebagainya. Dengan kata lain, kalau kita melakukan suatu tindakan, kita harus selalu ingat, kalau kita tidak suka dipermalukan, maka orang lain pun juga sama.

4.    Jelaskan kerugian strategi komunikasi simpati bila diaplikasikan dengan tempat anda bekerja, jelaskan masing-masing point dalam bentuk kasus yang sering terjadi di kantor. Bagaimana anda mengatasi dan menyelesaikan masalah tersebut, jelaskan masing-masing point.

·    Simpati tidak peka pada perbedaan, kita suka terjebak dalam situasi dimana orang berpikir dan berbeda dengan kita, misal budaya, etnis, status sosial, ekonomi, pekerjaan, politik dll.

Contoh kasus: Saya berasal dari etnis Jawa dan hanya mau berinteraksi dekat dengan orang-orang yang juga berasal dari etnis Jawa. Walaupun saya berusaha keras untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang berasal dari satu etnis dengan saya, namun sering kali saya juga terjebak dalam situasi komunikasi dimana terjadi perbedaan prinsip dengan orang lain. Misalnya saja ketika Ibu MC yang juga berasal dari etnis Jawa merasa berbeda pendapat dengan saya. Dengan situasi seperti ini, cenderung tidak cermat dan dapat menghambat komunikasi yang efektif. Oleh karena itu saya berusaha untuk tidak berpikir berbeda sehingga komunikasi akan berjalan dengan lebih efektif.

·    Simpati bersifat menggurui, pengalaman kita adalah ukuran terbaik untuk menilai dirinya. Orang yang mempunyai latar belakang yang berbeda  mungkin merasa pikiran dan perasaan mereka direndahkan.

Contoh kasus: Ibu Z adalah seorang manager dari bagian data entry. Beliau merasa sangat berpengalaman dan lebih baik dalam segala hal, sehingga jika ada suatu pekerjaan yang tidak benar sering menyalahkan bawahannya. Cara mengatasi kasus ini adalah seharusnya Ibu Z dapat bersikap lebih bijaksana apabila terjadi permasalahan dalam suatu pekerjaan dan hendaklah dibicarakan dengan baik, sehingga pekerjaan tersebut dapat diselesaikan lebih cepat dan akurat.

·    Berhadapan dengan perbedaan simpati melahirkan sikap defensif.  Jika kita merasa pandangan dunia kita yang berbeda diabaikan atau dipandang rendah oleh orang lain, kita akan bersikap defensif untuk melindungi.

Contoh kasus: Ibu W adalah seorang HRD Manager di XXX, beliau membicarakan bahwa divisi Ibu Z sudah mendapatkan bonus dan naik gaji, sedangkan divisi Ibu MC belum mendapatkannya. Maka untuk menghindari konflik Ibu Z akan mengomentari pernyataan Ibu W dengan anggukan kepala atau kata iya saja kepada Ibu W dibandingkan dengan sikap emosi atau pernyataan yang bersifat provokasi.

·    Simpati melestarikan asumsi kesamaan, kita cenderung mengabaikan perbedaan dan mengutamakan kesamaan yang diperlukan untuk strategi kita.

Contoh kasus: Saya dan Ibu MC adalah orang yang berbeda keyakinan dalam hal prinsip mengerjakan suatu pekerjaaan, sering kali cara saya akan bertolak belakang dengan cara yang digunakan oleh Ibu MC, namun dengan hasil akhir yang relatif sama. Namun hal ini tidak menjadi halangan untuk kami dalam bekerjasama, asalkan adanya rasa saling pengertian serta menghargai satu sama lain.

5.   Apa perbedaan antara sinyal dengan simbol? penggunaan  lambang-lambang dalam proses Komunikasi Antar Budaya  dapat ditinjau dari segi: proses-proses verbal dan proses-proses non verbal. Jelaskan proses-proses tersebut kemudian aplikasikan dalam sebuah kegiatan atau program kerja yang telah dilaksanakan dikantor anda.

Sinyal dan simbol adalah sesuatu hal yang tidak berbeda. Simbol menurut KKBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah lambang sedangkan sinyal adalah tanda isyarat (lampu merah, bunyi, larangan parkir, dsb).

·    Proses-Proses Bahasa Verbal
      Proses-proses verbal yang terjadi tidak hanya meliputi bagaiman karyawan lokal berbicara dengan ekspatriat namun juga kegiatan-kegiatan internal berpikir dan pengembangan makna bagi kata-kata yang digunakan.

Contohnya: ketika seorang karyawan ditegur oleh atasannya seorang ekspatriat, ia diharuskan menjawab dengan menggunakan bahasa inggris dengan baik, namum adakalanya karyawan tersebut lupa dan menjawab sekedarnya menggunakan bahasa Indonesia ataupun bahasa lokal sehingga berpotensi menimbulkan permasalahan baru karena perbedaan bahasa.

·    Proses-Proses Bahasa Nonverbal
      Proses-proses verbal merupakan alat utama untuk pertukaran pikiran dan gagasan, namun proses-proses ini sering dapat diganti oleh proses-proses nonverbal.
v     Perilaku nonverbal
         Cium pipi kanan dan pipi kiri merupakan suatu hal yang biasa dalam hal pergaulan di perusahaan tempat saya bekerja untuk mengucapkan Selamat Ulang Tahun bagi ekspatriat. Contoh lain misalnya bagi yang muslim seperti Ibu G tidak bersentuhan (berpegangan tangan dengan lawan jenis) di tempat umum.

Selain itu kita sering menganjungkan jempol untuk memberikan respon kepada teman kita bahwa pekerjaan sudah selesai dan juga mengganggukan kepala kita yang artinya kita mengerti/setuju.

v     Konsep waktu
         Waktu merupakan komponen budaya yang penting. Terdapat banyak perbedaan mengenai konsep ini.

Contohnya: untuk manajemen waktu, seringkali karyawan lokal menggunakan waktu mereka untuk hal-hal yang tidak berhubungan langsung dengan pekerjaan, pada saat dikejar tenggat waktu pekerjaan barulah mereka bersungguh-sungguh dalam mengerjakan pekerjaan tersebut. Hal ini sangat bertolak belakang dengan karyawan ekspatriat yang selalu membagi waktu mereka dalam mengerjakan setiap pekerjaan sehingga pada saat tenggat waktu sudah dekat mereka sudah bisa mempersiapkan hasilnya.

v     Penggunaan Ruang
         Cara orang menggunakan ruang sebagai bagian dalam komunikasi antarbudaya persona disebut proksemika (proxemics). Proksemika tidak hanya meliputi jarak antara orang-orang yang terlibat dalam percakapan, tetapi juga orientasi fisik mereka.

Contohnya: Seorang ekspatriat yang bekerja lebih senang duduk berhadapan muka dengan rekan kerjanya. Mereka jarang duduk bersebelahan. Hal ini diperlukan agar mereka bisa saling berdiskusi sambil menatap mata. Selain itu seorang bawahan berbicara dengan atasannya seperti Ibu MC yang duduk dibelakang meja sambil berbicara dengan VN yang berdiri, ini menunjukkan hubungan antara atasan-bawahan, karena orang yang duduk itu adalah atasannya.

Pengaturan posisi meja kerja juga berbeda, misal untuk karyawan lokal lebih senang untuk bersandar ke dinding dan menyebabkan meja kerja mereka saling berjauhan, sedangkan karyawan ekspatriat lebih senang untuk berkumpul di tengah ruangan menggunakan meja yang saling berhadapan sehingga dapat langsung berkomunikasi dan berdiskusi secara langsung.

#######

DAFTAR PUSTAKA

Anugrah, Dadan, Komunikasi Antarbudaya, Jakarta: Jala Permata, 2007.
DeVito, Joseph A., Komunikasi Antar Manusia, Jakarta: Professional Books, 1997.
Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Mulyana, Dedy & Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cetakan kesepuluh, 2004.
Liliwei, Alo, Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar, 2002.


Internet :
http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php